SELAMAT DATANG

Terimakasih Anda telah mampir di blog ini. Blog ini sebagai tempat berbagi apa saja demi hidup yang lebih baik. Saran dan kritik senantiasa kami tunggu demi berkembangnya blog ini.
Matur nuwun ...

Rabu, 13 April 2011

LULUS UJIAN NASIONAL SEBAGAI TOLOK UKUR KEBERHASILAN ?

Bagi sebagian orang Lulus Ujian Nasional merupakan tolok ukur keberhasilan seseorang mengikuti pendidikan, dari SD, SLTP, maupun SLTA. Sedemikian hebatnya "Ujian Nasional" sehingga seseorang yang tidak Lulus Ujian Nasional secara tidak langsung akan diangga tidak kompeten (kalau tidak mau disebut bodoh). Bahkan bagi yang tidak Lulus Ujian Nasional bisa dipastikan tidak akan dapat mengikuti Pendidikan Tingkat selanjutnya. Bahkan tingkat kelulusan di suatu sekolah menjadi tolok ukur keberhasilan suatu sekolah. Bagi sekolah yang mamu meluluskan siswanya dengan prosentase tinggi bahkan 100% dianggap sekolah yang aling maju atau berhasil.
Yang kemudian menjadi pertanyaan dan patut kita renungkan adalah "Apakah Ujian Nasional mampu menjadi tolok ukur keberhasilan seseorang maupun sekolah?"
Bisa dibayangkan jika tidak Lulus Ujian, adahal bisa jadi ada anak yang sebenarnya kompeten terhadap mata pelajaran tertentu tetapi karena faktor X dia tidak lulus. Faktor tersebut antara lain : tidak siap karena sakit tetapi memaksakan diri ikut ujian, tidak siap karena saat ujian sedang memiliki masalah pribadi atau keluarga yang tentu saja menggangu konsentrasinya, dan sebagianya. Dengan demikian seseorang yang kometen un belum tentu bisa lulus ujian.
Celakanya kelulusan dan nilai ujian nasional dijadikan standar untuk dapat masuk ke jenjang berikutnya, akibatnya seseorang yang kometen tapi tidak beruntung seperti tadi tentu saja dirugikan.
Pada Tahun elajaran 2010/2011 Pemerintah merubah aturan untuk menentukan Lulus Tidaknya seorang siswa yang sebelumnya diukur dari Nilai Ujian Nasional saja sekarang mengikutsertakan "Nilai Sekolah". Tetapi kebijakan tersebut juga belum menjadi yang terbaik jika kemudian Sekolah memaniulasi nilai dari sekolah. Maniulasi bisa dalam bentuk merubah nilai raportmenjadi lebih tinggi, mematok nilai minimal tertentu (pasti nilai yg tinggi) untuk mata elajaran yang diujikan oleh sekolah. Cara tersebut tentu saja dengan harapan semua siswa daat Lulus, sehinga sekolah tersebut memperoleh predikat sekolah hebat dan bantuanpun akan lebih mudah didapatkan.
Mengapa tidak mengukur seseorang tersebut berhasil dari suatu kompetensi yang memang dia miliki dengan nyata. Seseorang siswa SLTP yang pandai olah raga sepak bola atau seni tari bisa jadi TIDAK LULUS UJIAN dan tidak daat melanjutkan ke jenjang berikutnya hanya karena dia memang kurang pandai di mata pelajaran yang diujikan padahal anak tersebut berprestasi di bidang olah raga atau seni tersebut sehingga pupuslah harapannya untuk melanjutkan sekolah lagi. Pemerintah perlu mengkaji ulang sistem kelulusan ataupun persyaratan masuk ke suatu lembaga pendidikan sehingga akan dihasilkan lulusan yang kompeten sesuai bidang dan bakatnya.
Demikian pula dengan keberhasilan sekolah jangan diukur dari tingkat kelulusan. Mengaa tidak mengukur keberhasilan sekolah dari berapa alumni yang baru saja lulus dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, atau bagi SLTA (SMK) beraa alumni yang dapat memperolah pekerjaan? Sekolah yang berhasil adalah sekolah yang mampu mengentaskan siswanya menjadi ribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat dan negara, bukan sekolah yang mampu meluluskan sebanyak mungkin siswanya tetapi tetapi kualitas dan mental siswa lulusannya atut dipertanyakan jika lulusnya dengan cara yang curang misalnya mencontek. Bagaimana negara ini nantinya akan dibawa jika calon penerus bangsanya berbuat demikian?
Mungkin kita perlu belajar lebih untuk meniru pola pendidian di masa lampau yang lebih menekankan nilai kualitas dibanding nilai kuantitas untu menilai keberhasilan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda adalah semangat bagi kami untuk senantiasa lebih maju.